Dermatitis atopi atau Eczema pada bayi sering disalahartikan dengan ” Eksim Susu” atau “Tumpahan ASI/susu” pada kulit bayi terutama di daerah wajah. Apakah sebenarnya kondisi tersebut?
Dermatitis atopi merupakan reaksi alergi dan bukan merupakan suatu penyakit menular, dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Alergi diturunkan kepada seorang anak secara genetik.
Eczema dapat timbul di daerah wajah, lipatan kulit, bahkan pada daerah bokong (biasanya terjadi pada penggunaan popok dan disebut ruam popok). Ezcema berupa bercak kemerahan yang timbul berbintik-bintik, dapat disertai cairan nanah (bila telah terjadi infeksi sekunder), terasa gatal terutama pada suhu udara panas dan lembab, sehingga bayi sering menggaruk yang kemudian dapat timbul adanya infeksi. Penggunaan obat dilakukan untuk meringankan gejala yang timbul namun tidak untuk menyembuhkan pasien dari alergi. Dengan meminum obat-obatan anti histamine maupun menggunakan cream atau salep kortikosteroid, dapat meringankan reaksi alergi yang timbul. Namun, obat ini bukanlah obat bebas sehingga harus menggunakan resep dokter. Karena pengobatan hanya secara sementara, maka penderita kerap kali harus meminum obat ataupun mengoleskan cream setiap kali reaksi tersebut terjadi. Penyebab alergi sering kali tidak diketahui alergen apakah yang menimbulkan reaksi tersebut.
Seiring bertambah canggihnya ilmu pengetahuan, para peneliti biofisika menemukan suatu metode yang juga dapat digunakan dalam terapi kesehatan yaitu bioresonansi. Di dalam bidang biofisika ditemukan bahwa setiap proses metabolisme dikontrol oleh sistem yang canggih yang memiliki pola elektro-magnetik. Tubuh akan dikatakan sehat jika sistem kontrol dan pengaturannya bekerja secara optimal. Pada keadaan alergi, tubuh mengalami gangguan yang dapat saja disebabkan oleh alergen maupun faktor lain sehingga terjadi gangguan pada sistem pengaturan elektro-magnetik tersebut. Terapi bioresonansi dapat membantu tubuh untuk menetralkan gelombang patologis tersebut.
Pendeteksian alergen pada metode bioresonansi juga tidak seperti metode konvensional yang menggunakan jarum. Maka itu deteksi dengan metode ini diminati oleh para orang tua yang memiliki anak bayi ataupun balita.
Berdasarkan penelitian oleh Dr. Du Xia¹ beserta ahli lainnya, mereka melakukan penelitian penggunaan terapi bioresonansi terhadap berbagai penyakit yang berhubungan dengan alergi termasuk eczema. Hasil yang cukup memuaskan didapat yaitu sebanyak 74,7 % recovery setelah dilakukan 1 tahun observasi terhadap 79 pasien. Total Efektifitas yang nyata terlihat dari observasi ini adalah 89,9% dan studi ini termasuk dalam studi dengan level of evidence 5 yang dilakukan pada seri kasus manusia.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, kini para orangtua diharapkan tidak lagi menganggap eczema sebagai akibat dari tumpahan susu pada kulit anak dan mengetahui bahwa pengobatan alergi kini telah hadir dengan cara yang mudah dan tidak menyakitkan.
literature:1. Du Xia, Liu Yuanxia, Yang Jinzhi: Clinical observation of 79 cases treated for allergic skin conditions by means of bioresonance; Chi. Journal of Practical Medicine, Vol. 4, No. 3, March 2005 (official translation);